Klip video demo2 al hikmah disaat perjumpaan tahunan al hikmah di markas besar cisoka banten,indonesia..
Wednesday, July 11, 2012
Izral Mafti Style
Teknik jatuhan lawan..pabila hulk melepaskan tekanan.hehe
Tuesday, July 10, 2012
Demo Al Hikmah Wanita
Pertahanan al hikmah dr akhwat di cisoka indonesia.
Sambutan Perjumpaan Tahunan Al Hikmah Malaysia
Sambutan tahunan pd kali ini kami adakan di "Flaming Steamboat" danau kota kl.acara ditaja oleh YAM Tuan Abdul Fatah Bin Abdul Jalal salah seorg ikhwan senior al hikmah bersempena harilahirnya juga.penginapan juga ditaja beliau di Duta Height kondo.terbaikk lah.
Setelah selesai acara makan mlm maka semua berkonvoi ke tmpt penginapan utk mandian aura dan ada yg dirawat sebagai ikhwan/akhwat baru al hikmah.SEMOGA TAHUN HADAPAN BERJUMPA LAGI..
Monday, July 9, 2012
Keychain Persatuan Al Hikmah Malaysia
Keychain persatuan al hikmah malaysia yg siap "digores" bg tujuan pendinding zahir batin dan pengasihan.berminat blh menghubungi sy di hp/0134778898 atau emailkan ke alhikmahmalaysia@yahoo.com blh dimiliki oleh ahli dan bukan ahli.tq
Keychain Persatuan Al Hikmah Malaysia
Keychain persatuan al hikmah malaysia yg siap "digores" bg tujuan pendinding zahir batin dan pengasihan.berminat blh menghubungi sy di hp/0134778898 atau emailkan ke alhikmahmalaysia@yahoo.com blh dimiliki oleh ahli dan bukan ahli.tq
Stiker Motor&Kereta Persatuan
Stiker motor dan kereta persatuan al hikmah malaysia yg telah siap"digores"dan mempunyai tenaga al hikmah sepertivseorg ikhwan/murid al hikmah bg tujuan pendinding zahir dan batin.terbuka kpd ahli dan bukan ahli persatuan.berminat blh hubungi sy di 0134778898 atau email ke alhikmahmalaysia@yahoo.com
Friday, July 6, 2012
Cara Dan Peraturan Dalam Perguruan Al Hikmah
Tata Cara dan Peraturan Dalam Ilmu Al-Hikmah
Ilmu Al-Hikmah tidak lepas dari hukum syarak dan riwayat Nabi Muhammad S.A.W, contohnya walaupun sudah lincah atau mahir di Al-Hikmah jika belum mempunyai isteri tidak boleh di sahkan mengajar atau jadi pembina Al-Hikmah. Bila ada orang yang belum punya isteri ternyata sudah mengajar Al-Hikmah, orang itu berarti telah melanggar peraturan Al-Hikmah. Dan bagi orang yang telah melanggar peraturan sebagaimana yang telah di tetapkan Al-Hikmah, maka dia akan menghadapi risikonya masing-masing. Dasar dalilnya adalah, nabi Muhammad S.A.W. belum diangkat kenabian sebelum menikah dengan Siti Khadijah, itulah simbolik menjadi Pembina atau Perawat Al-Hikmah dan tidak lepas dari hukum syarak seluruh gerak-geri dan tindak-tanduk Al-Hikmah.
Menurut sebuah pengalaman, ada seorang ikhwan yang belum mempunyai isteri tapi terburu ingin menjadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah. Akhirnya ikhwan tersebut menikahi seorang janda dan setelah beberapa bulan di sahkan menjadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah, si janda itu pun langsung diceraikannya. Dengan kalimat risiko masing-masing, maka dia mendapatkan masalah sendiri. Tata cara ingin belajar ilmu Al-Hikmah, yaitu :
1. Aqil Baligh, itupun kalau sanggup mengerjakan segala perintah Allah S.W.T. dan sanggup meninggalkan segala larangan-Nya.
2. Bersih dari Hadast besar dan kecil. seandainya anak dibawah umur mau belajar ilmu Al-Hikmah, hukum bai’atnya harus diserahkan/diamanahkan kepada orang tua yang mengantarkan mereka, dalam hal ini apabila mereka sudah baligh atau dewasa, hukum bai’atnya harus disampaikan oleh orang tuanya dan apabila ada kegagalan setelah masuk Al-Hikmah, misalnya dengan berzina (jima’) dengan orang yang belum dinikahi maka mereka harus menunggu selama 8 tahun dengan cara baik-baik dalam arti bertaubat dahulu. Dari beberapa pengalaman yang sudah terjadi seperti diatas, ada ikhwan mengadu ke Pembina atau Perawat Al-Hikmah, kemudian pengaduan tersebut ditanggapi dengan jawapan hanya disuruh mandi besar (junub) akhirnya ikhwan tersebut dirawat kembali.
Pengalaman tersebut risikonya menimpa diri masing-masing ikhwan dan Pembina atau ilmu tidak manfaat, sedangkan ada hadist Rasul yang berisi ancaman yang berbunyi : yang artinya : “siksaan yang paling berat bagi manusia dihari kiamat adalah mereka yang punya ilmu tetapi tidak bermanfaat, maha suci Allah S.W.T. “
3. Mampu mengeraskan perut. Tolak ukur dari pendidikan ilmu Al-Hikmah, tergantung dari cara mengeraskan perut. Kalau cara mengeraskan perutnya kurang keras, maka kurang puas hasilnya, namun apabila mengeraskan perutnya keras seperti batu, berbicara dan bernafas tidak terganggu serta badan tidak kaku, maka akan lebih puas hasilnya.
Menurut ucapan guru kita Abah H. Syaki, “wajib mengeraskan perut sambil menganggukkan kepala”. Adapun cara melatih untuk mengeraskan perut adalah membiasakan diri terlebih dahulu mengeraskan perut setiap ingin minum, makan, mandi dan tidur. Ini untuk membiasakan kita sehingga menjadi reflek terhadap hal-hal mengejutkan yang bersifat mengandung bahaya. Contoh : Perut terlebih dahulu dikeraskan, ketika kita ingin minum. Hal ini untuk mengatasi masalah apabila minuman tersebut mengandung racun, maka Insya Allah gelasnya akan hancur. Begitu juga halnya ketika kita ingin makan, apabila didalam makanan tersebut mengandung barang yang haram maka makanan itu tidak dpt diambil. Dalam hal ini muncul pertanyaan, “Bagaimana kalau gelasnya terbuat dari plastik atau besi yang tidak blh hancur ? ” maka jawabannya, “Gelas tersebut tidak akan pecah tetapi tidak blh diambil”. Apabila ada seorang ikhwan Al-Hikmah yang di pukul, walaupun sudah mengeraskan perut ternyata masih blh kena. Itu mencontohkan, bahwa tidak setiap Islam masuk surga. Kemudian apabila di pukul kena tapi tidak merasakan sakit dan badan tidak terluka, itu mencontohkan bahwa orang Islam ahli ibadah tetapi bukan ahli surga. Tehnik penggunaan ilmu Al-Hikmah adalah setiap menggunakannya hanya dengan mengeraskan perut sambil menyebut nama Allah (Allahu Akbar), tanpa harus terlebih dahulu membaca wirid, karena ilmu Al-Hikmah bukan Hizib. Atas dasar itulah guru kita Abah H. Syaki berpesan kepada seluruh Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah, diwajibkan untuk terlebih dahulu mendidik muridnya bagaimana cara mengeraskan perut dan tidak boleh diijzahkan ilmu Al-Hikmah sebelum muridnya benar-benar mapu.
Peraturan dalam mempelajari ilmu Al-Hikmah, yaitu :
1. Harus Islam, yaitu Islam yang sanggup menjalankan segala perintah Allah S.W.T dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika tidak cukup syarat menurut hukum syarak, maka batal (tidak boleh). Contoh : Orang luar Islam dirawat masuk Al-Hikmah, kenapa demikian karena mengutip dari ayat Al -Qur’an (Qs. : ) Barang siapa Pembina atau Perawat Al-Hikmah merawat diluar Islam, maka tunggu kehancurannya. Menurut riwayat, sebelum Pak Toha meninggal beliau sudah mengesahkan Pembina atau Perawat 60 orang termasuk Abah H. Syaki setelah diperhatikan oleh Abah H. Syaki diantara 60 orang kebanyakan merawat diluar Islam, dari situlah Abah H. Syaki berpikir dan berprinsip tidak mau sama-sama diakhirat nanti bersama orang-orang diluar Islam. Abah H. Syaki memisahkan diri dari SINLAMBA karena singkatan SINLAMBA (saudara lahir batin) artinya bersatu dari dunia sampai akhirat, umpamanya ke neraka ke nerakalah semua, kalau ke surga ke surgalah semuanya, itulah pepatah Pak Toha guru besar kita, maka yang terjadi Abah membentuk nama asosiasi KSBPI.
Setelah goyang dan dibubarkan KSBPI tersebut maka Abah istiqarah dan turunlah nama Al-Hikmah, maka sampai sekarang ilmu tersebut dinamakan ilmu Al-Hikmah. Sehingga ada julukan kata di mana di sebut Abah H. Syaki itu adalah Al-Hikmah dan begitu juga sebaliknya. Kenapa hasil istiqarah turun Al-Hikmah? Karena sesuai dengan tingkah laku Abah H. Syaki yang bersifatkan amar ma’ruf nahi mungkar.
2. Jika ada ikhwan/akhwat Al-Hikmah yang melakukan zina, maka harus bertahan selama 8 tahun untuk tidak dirawat dulu. Setelah melewati masa 8 tahun, maka silahkan ikhwan/akhwat tersebut dirawat kembali dan ini adalah peraturan dalam ilmu Al-Hikmah. Jika sebelum 8 tahun ikhwan/akhwat tersebut memaksa ingin dirawat kembali, kemudian Pembina atau Perawatnya mengabulkan permintaan ikhwan/akhwat tersebut, maka risikonya akan menimpa si ikhwan/akhwat dan Pembina atau Perawatnya.
3. Jika ada seorang akhwat ingin belajar ilmu Al-Hikmah, sedangkan akhwat tersebut sudah mempunyai suami, maka Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari suami akhwat tersebut. Hal ini untuk mencegah fitnah yang akan timbul dikemudian hari. Tolong patuhi peraturan-peraturan yang terdapat dalam ilmu Al-Hikmah, pertahankanlah amanat guru jangan sampai risiko menimpa diri kita masing-masing. Itulah pandangan saya atau pengalaman saya terhadap perkembangan ilmu Al-Hikmah yang semakin merosot dan tidak bermanfaat.
Adab Menerima Tamu non Muslim atau diluar Islam. Cara menerima tamu non muslim atau diluar Islam, apabila minta ubat karena sakit atau minta syarat usaha itu boleh, asal jangan dikasih kekuatan, alasannya karena pada suatu saat nanti apabila terjadi perang antar agama, takut membahayakan kita. Konon riwayatnya pada zaman nabi Ibrahim pada waktu itu ada seorang raja kafir bilang jangan ikut agama Ibrahim karena agamanya susah dan nabi Ibrahim tidak menyembah api maka di akhirat nanti akan di bakar oleh api menurut raja kafir. Maka mereka menyembah api dengan kenyakinan bahwa api neraka akan jinak. Tetapi dari zaman nabi Adam sampai hari kiamat nanti tidak setiap orang kafir itu kaya dan tidak setiap orang Islam itu miskin, itulah perjalanan dunia yang telah diatur oleh Allah S.W.T. Namun tiba-tiba nabi Ibrahim kedatangan seorang kafir yang miskin, nabi Ibrahim tersinggung oleh perkataan raja kafir tadi kemudian nabi Ibrahim mengusir orang kafir yang miskin tadi, tetapi tidak mau pergi akhirnya nabi Ibrahim yang pergi. Di tengah perjalanan Nabi Ibrahim mendapat teguran Allah S.W.T. dengan mengutus malaikat Jibril untuk berkata : “kamu hanya disuruh menyampaikan amanat tapi kenapa kamu marah, sedangkan Aku (Allah) sudah memberikan Rizki kepada mereka (orang-orang kafir) namun mereka tidak percaya pada Aku (Allah) akan tetapi Aku tidak marah karenanya“ Akhirnya nabi Ibrahim kembali dan menghormati tamu si kafir tadi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa menerima tamu orang kafir itu boleh tetapi jangan mendoakannya. Riwayatnya, nabi Ibrahim pernah mendoakan bapaknya yang kafir namun ditolak do’anya oleh Allah S.W.T.
Sejarah Perguruan Al Hikmah
Al-Hikmah sebelum bernama Al-Hikmah dipelajari oleh Pak Toha (sebagai Polis) dari pesantren, kemudian dari Pak Toha dipelajari oleh H. Syaki Abdul Syukur sebagai seorang murid dan pendekar,dan drnya skrg telah dikembangkan oleh keluarga beliau. kemudian saya sebagai anak didik Kh.Iskandar akan mengembalikan ke pesantren dan akan saya sebarkan kembali ke seluruh jajaran tanah melayu.
Sekelumit riwayat mengenai Pak Toha, konon semenjak kecil Pak Toha hanya bercita-cita ingin mempunyai ilmu ini (Al-Hikmah), maka berangkatlah Pak Toha ke pesantren di daerah Banten selama 7 (tujuh) tahun, namun hasilnya hanya mendapat ilmu Qiro’at, Fiqih dan Silat Cipecut. Setelah 7 tahun Pak Toha berpikir, biaya sudah habis namun ilmu yang dicita-citakan belum juga didapatkan. Akhirnya Pak Toha pulang dari pesantren kerumahnya yang berada di Jakarta. Ditengah perjalanan di atas kereta api, yang Insya Allah jumlah dari gerabak kereta api tersebut adalah sebanyak 6 gerabak. Beliau duduk melamun memikirkan biaya telah habis, namun ilmu yang dicita-citakan belum didapat.
Tiba-tiba datanglah 3 (tiga) orang berpakaian pendekar menyapanya. Sambil duduk salah seorang dari mereka berkata : “Ada ilmu yang dibaca dua kalimat syahadat, tapi bila ditunjuk ke orang yang berniat jahat, maka orang tersebut langsung terpelanting”. Pak Toha terkejut lalu bertanya : “Ilmu apa yang tadi diceritakan dan berada dimana?”. Kemudian salah seorang dari ke 3 orang tersebut mengambil kotak rokok yang isinya hanya tingal 1 (satu) batang saja, lalu bungkus rokok itu dipakai untuk menuliskan alamat keberadaan ilmu tersebut. Sewaktu Pak Toha membaca alamat tersebut, ke 3 orang itu tiba-tiba menghilang. Setelah dicari di 6 gerabak, ke 3 orang tersebut tidak dapat ditemukan.
Sangat dikesalkan bagi kita sebagai ikhwan/akhwat Al-Hikmah, bahwa kita tidak diberitahukan alamat atau nama kampung yang tertera ditulisan pada bungkus rokok itu. Dan setelah menempuh perjalanan, akhirnya PakToha pun sampai dirumahnya. Setiba dirumah beliau disambut oleh Bapaknya, dengan pertanyaaan : “Gimana Toha, apakah yang kamu cita-citakan sudah berhasil?”. Pak Toha menjawab : “Belum berhasil Pak, sewaktu dalam perjalanan pulang, ada 3 orang di kereta api yang memberi saya alamat, namun biaya telah habis”.
Pada waktu itu Bapaknya Pak Toha mempunyai seekor kuda dan delman, maka dijuallah kuda dan delman tersebut, seharga Rp. 40, - (empat puluh rupiah) dengan tujuan untuk dipakai biaya Pak Toha mencari Ilmu. Hingga akhirnya Bapaknya Pak Toha beralih pekerjaan menjadi tukang daun dan tali. Berangkatlah Pak Toha dari rumahnya di Jakarta, naik di satu perhentian dan turun di perhentian yang lain. Tetapi setiap ditanya berhenti di perhentian yang mana? Pak Toha selalu menjawab : “diam kamu!”. Setelah turun di perhentian terakhir, Pak Toha berjalan kaki melewati sawah yang luas, pada saat itu sedang masak. Sampai ditengah persawahan tibalah saatnya waktu maghrib, akhirnya Pak Toha pun memgambil jerami (pohon padi) untuk digunakan sebagai ampar tidur dan sisanya dipakai sebagai selimut.
Di kelelahan dan keheningan malam Pak Toha pun tertidur, hingga Pak Toha terbangun diwaktu subuh. Setelah itu Pak Toha melanjutkan perjalanannya menuju alamat pesantren yang tertera di bungkus rokok itu. Pak Toha tiba di pesantren pada saat menjelang waktu magrib. Pak Toha mengucapkan salam dan dijawab oleh Kyai pesantren tersebut dengan wa’alaikum salam. Kyai tersebut lalu bertanya : "mau ke mana kamu Toha?”. Pak Toha terkejut dan tertegun (karena Kyai itu tahu namanya) sambil menjawab : “Saya hanya ingin mencari ilmu Kyai”. Ditempatkanlah Pak Toha di masjid oleh Kyai tersebut dengan kalimat karena “ilmu Qiroat dan Fiqih kamu sudah cukup, ketika waktu solat tiba kamu harus mengisi air tempat wudhu”. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Pak Toha selama 3 tahun kurang 10 hari.
Pada saat itu muris dari Kyai tersebut berjumlah sebanyak 300 (tiga ratus) orang. Sepengetahuan Pak Toha selama 3 tahun kurang dari 10 hari itu, Pak Toha belum pernah melihat Kyai tersebut melaksanakan sholat di masjid, yaitu melaksanakan solat jum’at ataupun solat yang 5 (lima) waktu. Hanya saja bila datang waktu siang selepas waktu dhuha, Kyai tersebut mengajak Pak Toha untuk menanam padi,ubi kayu dan jenis tanaman lainnya. Setelah 3 tahun kurang 10 hari Pak Toha berpikir, saat tiba waktu subuh Pak Toha membawa Al-Qur’an menghadap Kyai tersebut dengan maksud ingin mengaji. Tapi di tolak oleh Kyai tersebut dengan ucapan: “Toha, Ilmu qiro’at kamu sudah cukup di Banten’’, lalu Pak Toha diberi uang se-gobang atau 5 (lima) sen, kemudian disuruh membeli daun kawung atau daun rokok dengan pesan “kamu jangan tidur sebelum saya datang”.
Pada waktu itu uang se-gobang dapat daun kawung sebanyak 5 (lima) ikat dan di bawalah daun kawung itu ke masjid. Sesuai dengan pesan, Pak Toha menunggu di masjid dari subuh sampai kurang lebih jam 02:00 pagi. Akhirnya Kyai tersebut datang memasuki masjid. Pada saat itu Pak Toha sedang duduk ditiang masjid tengah, sesampainya di dalam masjid Kyai tersebut mengucapkan salam dan di jawab oleh Pak Toha dengan wa’alaikum salam. Sambil duduk Kyai itu berkata; “Toha, ternyata niat kamu memang sudah sungguh-sungguh”. Duduklah Kyai tersebut berhadapan dengan Pak Toha yang pada waktu itu duduk menghadap arah kiblat, maka disitulah jatuh syarat bahawa merawat si murid harus menghadap arah kiblat dan Pembina atau Perawat Al-Hikmah menghadap ke arah si murid, yaitu saling berhadapan. Setelah duduk saling berhadapan Kyai tersebut pun bertanya tentang daun kawung yang dipesannya. Pak Toha mengeluarkan ke 5 (lima) ikat daun kawung tersebut, lalu mulailah Kyai tersebut mencabuti satu persatu daun kawung itu yang ternyata di dalamnya sudah tertulis ayat-ayat Al-Qur’an, sambil mencabut Kyai tersebut bertanya “ini yang kamu cari Toha ?“. Pak Toha menjawab : “ bukan Kyai“. Terus menerus seperti itu, sampai akhirnya daun kawung yang 5 (lima) ikat tersebut hanya tinggal tersisa 2 (dua) lembar saja. Lalu Kyai tersebut memegang kedua lembar daun kawung yang tersisa sambil bertanya : “Toha setiap yang dicabut tadi terdapat tulisan ayat Al-Qur’an, tapi kenapa kamu menolaknya?”. Pak Toha menjawab “maaf Kyai, bukan itu yang saya cari“. Selanjutnya Kyai tersebut berkata lagi : “gimana kalau yang kamu cari tidak ada disini (2 lembar daun kawung yang tersisa)?“. Pak Toha menjawab kembali: “saya ridho kalau memang tidak ada, tapi karena ilmu itu diturunkan kedunia, tolong saya diberi petunjuk”. Kyai tersebut tersenyum sambil berkata : “tenang kamu Toha“, lalu Kyai tersebut mencabut 2 lembar daun kawung yang tersisa sambil membaca : “Benar itu Kyai !“ seru Pak Toha, namun Kyai tersebut membelah daun kawung tersebut sambil berkata : “semua yang bergerak diperut adalah hak kamu dan yang bergerak di tangan adalah hak H. Amilin”. Pada waktu itu H. Amilin baru berusia 7 (tujuh) tahun, tapi sudah dipanggil Haji. Kyai tersebut berkata : “pada suatu hari nanti akan ada anak buah kamu yang dapat menyatukan ilmu ini”. Terjadi perbedaan pendapat antara murid Pak Toha dengan murid H. Amilin, bahwa “bohong H. Syaki ngaku- ngaku muridnya H. Amilin“. Kebenarannya, pada waktu itu Pak Toha mempunyai 60 (enam puluh) perwakilan yang diantaranya termasuk Abah H. Syaki, namun dari ke 60 (enam puluh) perwakilan tersebut hanya Abah H. Syaki yang menerima surat dari Pak Toha untuk belajar ke H. Amilin di Garut. Ini fakta yang menguatkan bahwa Abah H. Syaki adalah termasuk salah satu muridnya H. Amilin.
Itulah jerih payahnya guru kita, orang tua kita atas ilmu Al-Hikmah yang sekarang kita miliki. Oleh karena itu Pak Toha ketika membicarakan ilmu ini beliau suka menangis, karena merasa dan melihat untuk memiliki ilmu ini anak sekarang begitu mudahnya. Padahal pada waktu mendapatkan ilmu ini beliau begitu prihatin. Setelah 3 (tiga) tahun kurang 10 (sepuluh) hari dan merasa telah mendapatkan ilmu yang diinginkanya, Pak Toha pun pulang kerumahnya. Setelah sampai dirumah, di sambut oleh adiknya yang bernama Sukardi yang kebetulan pada waktu itu sedang kalah bertarung. ”Wah kebetulan Toha kamu pulang, ajarin gue silat Cipecut nih!” ucap Sukardi. Lalu Pak Toha pun bersedia mengajari adiknya. Namun setelah belajar dari mulai waktu isya sampai menjelang subuh, Sukardi tidak bisa mempelajari ilmu silat.
Setelah waktu subuh tiba dan pada waktu itu ibunya Pak Toha sedang menggoreng ubi kayu diatas kuali, keduanya sudah merasa kelelahan. Pak Toha pun sedikit tertekan dan berkata, ”goblog amat kamu, belajar silat begini aja nggak bisa-bisa”. Sukardi yang mendengar omongan seperti itu merasa tersinggung dan langsung emosi, maka dia menyerang berniat memukul Pak Toha, namun Pak Toha secara reflek sambil menunjuk sukardi sehingga terpental menduduki kuali yang sedang dipakai menggoreng ubi kayu. Si ibu menjerit-jerit ketakutan, namun bapaknya Pak Toha bersorak girang sambil berkata “nggak percuma aku habis modal akhirnya anakku berhasil mendapatkan ilmu yang diinginkannya”. Sehabis kejadian itu akhirnya Sukardi berkata, ”ngapain lu ngajarin gue silat cipecut, itu aja yang lu ajarin ke gue”, di situlah pertama kali Pak Toha mengajarkan ilmu Al-Hikmah kepada adiknya Sukardi dan menjadi kebiasaan dimana kita ikhwan Al-Hikmah disyahkan menjadi Pembina atau Perawat Al-Hikmah, dihimbau untuk membina atau merawat keluarga terlebih dahulu sebelum orang lain. Setelah diajarkan ilmu Al-Hikmah, akhirnya Sukardi berangkat bertarung lagi. Tetapi begitu Sukardi bertarung dia kalah lagi. Maka di ikatlah sama Sukardi hinga semuanya tampak bengong seperti patung dan di ambilah semua uangnya oleh Sukardi. Lalu Sukardi pulang kerumah dan kejadian itu diketahui oleh Pak Toha. Pak Toha lalu menegur Sukardi : “ngak boleh sukardi, uang itu harus dikembalikan”. Tapi Sukardi membantah dengan ucapan “ngak bisa! gue udah kalah lebih dari 20 (dua puluh) kambing disitu “. Akhirnya diambilah uang tersebut oleh Pak Toha sebesar harga 20 (dua puluh) kambing dan sisanya dikembalikan. Dari kejadian tersebut diatas jatuh sumpah Pak Toha, bahwa setiap muslimin/ muslimat yang ingin masuk atau belajar ilmu Al-Hikmah harus bisa dan mau mengerjakan segala perintah Alllah S.W.T. dan menjauhi segala larangan-Nya.